Blitar – Kuasa Hukum santri meninggal akibat dikeroyok temannya di Pondok Pesantren Tahsanul Akhlaq Kelurahan Kalipang Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar, pada bula Januari lalu mempertanyakan proses hukum yang dianggap lamban ditangani.
Tim Kuasa Hukum keluarga korban santri meninggal akibat dikeroyok temannya sesama santri mendatangi Kantor Kejaksaan Negeri Blitar, mereka mengklarifikasi proses penanganan kasus yang menyebabkan anak kliennya meninggal dunia dikeroyok 17 santri yang telah ditetapkan sebagai anak berhadapan dengan hukum.
“Kami bersama Tim kuasa hukum korban penganiayaan di salah satu pondok pesantren, kami ingin mengklarifikasi atau mengetahui penangan kasus itu ke Kejaksaan, hingga saat ini penanganan kasus ini begitu lamban,” Jelas Mashudi, Tim Kuasa Hukum Korban, Kamis, (28/03).
Mashudi mengungkapkan kedatangannya ke Kejari Blitar setelah kliennya mempertanyakan proses hukumnya. Sebab pihak keluarga hingga kini masih belum mengetahui sejauh mana proses hukum ini berjalan.
Timkuasa hukum mencontohkan penangan kasus serupa di Kediri yang menyebabkan santri meninggal sudah memasuki vonis, sementara di Blitar kasus yang telah terjadi awal Januari itu hingga kini belum ada kejelasan.
“Semisal seperti kasus di Kediri yang saat ini sudah vonis, sementara penanganan kasus di Blitar belum ada kepastian, oleh sebab itu tim kami ingin mengklarifikasi kepada Jaksa terkait update penanganan kasus tersebut,” Imbuh Mashudi.
Wahyu Susanto Kasi Pidana Umum Kejari Blitar mengungkapkan penanganan kasus pengeroyokan yang menyebabkan satu santri meninggal dunia sudah dilimpahkan ke Kejari Blitar dan berstatus lengkap atau P21. Kejaksaan Negeri Blitar akan secara maraton mempercepat pelimpahan kasus ini ke pengadilan agar segera disidangkan.
“Tahapan penangan perkara yang mengakibatkan korban meninggal di salah satu Pondok Pesantren di Kabupaten Blitar, samapai saat ini kami penuntut umum anak dari kejaksaan negeri Blitar telah menyatakan sikap P21,” Terangnya
Kejari Blitar mentargetkan pada pekan depan kasus pengeroyokan yang menyeret 17 santri terbut akan masuk meja persidangan Pengadilan Negeri Blitar.
Sebelumnya santri asal Sutojayan meninggal dunia usai dikeroyok temannya sesama santri di satu pondok pesantren pada Januari lalu. Akibat pengeroyokan korban yang masih duduk di bangku SMP itu kritis hingga akhirnya meninggal dunia usai tiga hari dirawat di Rumah Sakit.